PENERAPAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF
DALAM MENGUASAI KONSEP ABSTRAK MATEMATIKA
DI TINGKAT SMA
(Oleh: Aditya Wiranata Sa'pang)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Matematika
merupakan suatu bidang ilmu yang telah ada sejak ribuan tahun silam. Konsep
matematika ditemukan oleh para ahli dari berbagai tempat dan terus dikembangkan
dari waktu ke waktu. Menurut Verhaak dan Imam (1989,
hal.82), matematika termasuk dalam ilmu pasti, yaitu ilmu yang lahir karena
kebutuhan praktis dan pengamatan empiris. Kebutuhan ini didasarkan pada
pengalaman dan pengamatan sehari-hari, di mana para ahli di masa lalu berusaha
untuk mencari jawaban-jawaban seputar kehidupan di alam semesta. Dari
temuan-temuan itulah lahir konsep-konsep dalam berbagai disiplin ilmu, salah
satunya adalah matematika.
Carl
Frederick Gauss (1777 – 1885), seorang matematikawan asal Jerman, mencetuskan
sebuah ide yaitu “Mathematics is the Queen
of Science”. Pemikiran ini lahir karena ilmu matematika banyak terintegrasi
dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, khususnya ilmu alam dan teknologi. E.T.
Bell (1996, hal.1) kemudian menulis sebuah buku untuk melengkapi pernyataan
tersebut, yaitu “Mathematics is queen and
servant of Science”. Tidak bisa disangkal bahwa hampir di semua ilmu
pengetahuan terdapat konsep matematika. Untuk menghitung pH suatu larutan
digunakan konsep logaritma. Ilmu statistik dan peluang dipakai dalam bisnis dan
keuangan. Konsep eksponen digunakan untuk menghitung tendensi laju pertumbuhan
penduduk. Ilmu kalkulus berperan sangat besar dalam pembangunan infrastruktur,
seperti jembatan, gedung, dan jalan layang. Perkembangan teknologi digital masa
kini pun tak lepas dari konsep matematika yang dikenal dengan nama algortima. Jika
siswa diperhadapkan dengan hal-hal praktis yang relevan dengan kehidupan
mereka, maka tidak sulit untuk menarik minat siswa. Matematika di sini berperan
sebagai alat untuk menopang semua hal-hal praktis tersebut.
Jika
kita menarik relevansi antara temuan-temuan dalam ilmu matematika ke dalam
konteks pendidikan masa kini, maka kita dapat menyimpulkan bahwa ilmu
matematika adalah ilmu yang lahir karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi dan
merupakan wadah untuk mengembangkan keterampilan berpikir di dalamnya, seperti
berpikir kritis, kreatif, dan logis. Oleh karena itu, di seluruh belahan dunia,
dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah, kurikulum sekolah pasti
memasukkan matematika sebagai salah satu pelajaran wajib.
Sekalipun
pelajaran ini penting, rupanya pertanyaan tentang tujuan belajar matematika
sangat sering dilontarkan oleh siswa. Hal ini menjadi semakin lumrah ketika
berjumpa dengan siswa di tingkat SMA, di mana mereka menjadi semakin kritis
terhadap segala sesuatu dan diperhadapkan dengan sejumlah konten matematika
yang sangat abstrak, seperti limit, integral, polinomial, irisan kerucut, dan
lain-lain. Belum lagi ketika siswa bertanya, “apakah ini akan terpakai di dunia
kerja?” (Dhakal, 2017). Pertanyaan seperti ini tak jarang membuat guru terdiam.
Jawaban normatif yang sering diberikan kepada siswa ialah, “dengan belajar
materi ini kalian akan berlatih berpikir kritis, kreatif, dan logis”. Atau
jawaban lain yang sedikit lebih filosofis adalah, “dengan belajar matematika
kalian akan melihat bahwa dunia ini adalah dunia yang bekerja dengan sistem
yang teratur”. Jawaban-jawaban di atas tidaklah salah. Namun, siswa cenderung
menginginkan jawaban yang lebih praktikal dan mendarat. Kunci utamanya ialah
siswa harus tahu tujuan suatu topik dipelajari dan manfaat apa yang mereka
dapatkan dari mempelajari topik tersebut. Secara teknis, guru harus memberitahu
siswa apa tujuan dari suatu pembelajaran yang dilakukan siswa. Jika siswa tahu
tujuan pembelajaran dari suatu topik, maka siswa akan memiliki suatu panduan
tentang proses pembelajaran yang akan mereka tempuh (Dick & Carey, 2015,
hal. 118).
Setiap tujuan pembelajaran tentu mengacu pada
penjabaran kompetensi-kompetensi yang diharapakan untuk dicapai siswa selama
mereka menempuh proses pendidikan. Penjabaran kompetensi ini dituangkan dalam
dokumen kurikulum nasional. Dalam Permendikbud nomor 24 diatur
tentang implementasi kurikulum 2013. Ada empat kompetensi inti (KI) yang
menjadi tujuan atau sasaran dari kegiatan pembelajaran. KI 1 berfokus pada
sikap spiritual, yaitu sikap atau perilaku yang mencerminkan keyakinan siswa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. KI 2 berfokus pada sikap sosial, yaitu sikap yang
ditunjukkan melalui hubungan dengan sesama. KI 3 berfokus pada pengetahuan,
baik faktual maupun konseptual, yang diperoleh dari setiap mata pelajaran. KI 4
berfokus pada keterampilan, yaitu bagaimana pengetahuan itu dapat disajikan dan
digunakan dalam konteks nyata. Dapat dilihat di sini bahwa melalui pendidikan
yang ditempuh setiap peserta didik, diharapkan lahir manusia-manusia yang
memiliki kompetensi-kompetensi yang telah disebutkan di atas atau dengan kata
lain manusia Indonesia seutuhnya yang mampu berkontribusi bagi pembangunan
nasional. Dengan demikian, melalui setiap mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah, para peserta didik dapat melatih dan mengembangkan kompetensi diri
mereka. Untuk mencapai hal tersebut, guru dituntut untuk menggunakan berbagai
macam strategi atau metode dalam pembelajaran. Salah satu yang dapat dilakukan
oleh guru ialah dengan menerapkan pembelajaran kreatif dan produktif (PKP), di
mana melalui pembelajaran ini siswa berperan secara aktif dan kolaboratif serta
menghasilkan sesuatu dari hasil belajar mereka secara kreatif.
1.2
Tujuan Penulisan
Makalah
ini ditulis dengan tujuan mengulas secara komprehensif penerapan pembelajaran
kreatif dan produktif dalam pembelajaran matematika, khususnya di tingkat SMA.
Telah dijabarkan di bagian sebelumnya bahwa konsep-konsep dalam pelajaran
matematika SMA berada di ranah abstrak. Hal ini merupakan suatu tantangan
tersendiri, baik bagi guru yang membantu siswa memahami materi, maupun bagi
siswa yang mempelajari konsep-konsep tersebut. Oleh karena itu, dengan
pendekatan pembelajaran kreatif dan produktif, siswa diharapkan dapat menikmati
pembelajaran matematika dan menemukan kebermaknaan di dalamnya serta mampu menyajikan
apa yang telah mereka pelajari dengan cara yang kreatif.
1.3
Cakupan Bahasan
Ada
dua bagian dalam pembahasan pada makalah ini, yaitu pembelajaran kreatif dan
produktif (PKP) serta penerapannya dalam pembelajaran Matematika di tingkat
SMA, khususnya dalam materi Transformasi Geometri.
...bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar