Math is Fun

Math is Fun

Jumat, 06 Maret 2015



Dihantui Dosa Masa Lalu

Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku (Roma 7: 19 – 20).
Selama beberapa minggu belakangan ini, ayat di atas terus terngiang di benak saya. Rasul Paulus adalah rasul yang hebat, mungkin dialah teolog paling hebat sepanjang sejarah umat manusia. Tuhan mengaruniakan iman yang besar kepadanya. Dia memiliki kehidupan spiritual yang patut menjadi role model bagi kita pengikut Kristus. Bayangkan, rasul sehebat ini bisa melontarkan kalimat seperti ayat di atas. Lantas, bagaimana dengan saya yang hanyalah manusia biasa, yang bahkan pemahaman teologis saya sangatlah cetek, kehidupan spiritual saya naik turun, dan seringkali jatuh ke dalam dosa karena menuruti hawa nafsu kedagingan? Betapa rapuhnya saya sebagai manusia, terkungkung dalam lembah kekelaman dosa. Setiap hari ada saja celah bagi dosa untuk merasuki hati dan pikiran saya. Perjuangan melawan dosa seringkali diakhiri dengan kemenangan telak dosa atas hidup saya.

Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (Roma 7: 24 – 25).
Ya, lanjutan dari tulisan Paulus ini mengingatkan saya bahwa saya punya Juruselamat. Dia telah menebus dosa-dosa saya, baik yang pernah saya lakukan, sedang lakukan, bahkan yang akan saya lakukan di kemudian hari. Saya yakin, selama tubuh dan roh saya masih bersatu pergulatan saya dengan dosa masih akan terus terjadi. Saya pasti masih akan berdosa, tetapi saya yakin anugerah-Nya mampu mengangkat saya kembali dan memberikan saya tenaga ekstra untuk berjuang melawan dosa, mengatakan tidak pada rayuan gombalnya, dan mematikannya dalam kehidupan saya.

Life must go on. Hidup harus terus berlanjut. Selama Tuhan masih memberikan waktu, saya harus mempergunakannya untuk hal-hal yang menyenangkan hati-Nya. Apa yang bisa saya lakukan untuk Tuhan? Mungkin hanya hal kecil, tetapi saya berkomitmen untuk meresponi panggilan Tuhan dalam hidup saya. Mendidik dan mengajar.

Tahun ketiga saya menjadi seorang guru cukup berat. Berat dalam hal perwalian. Saya diperhadapkan dengan “angkatan yang bengkok”. Percaya tidak percaya, stigma ini memang melekat pada mereka. Jahat kedengarannya, tetapi itulah realitanya. Anak-anak yang terkenal dengan isu bullying, anak-anak yang tidak tau bersikap kepada orang tua, anak-anak yang terjebak dalam dosa pornografi. Yang terkahir saya sebutkan itulah yang menjadi concern terbesar saya saat ini.

Saya percaya Allah Roh Kudus menggetarkan hati nurani saya untuk berani berbicara tentang masalah pornografi. Padahal di lubuk hati saya yang paling dalam, ada ketakutan tersendiri ketika saya harus menegor siswa mengenai hal ini. Dosa di masa lalu, seolah muncul kembali dari permukaan. Saya bisa melihat rekam jejak perjalanan kehidupan saya di masa remaja yang juga diwarnai isu yang sama. Pergumulan yang sama seolah melarang saya untuk memberikan didikan kepada murid-murid saya. “Kau saja masih berjuang melawan dosa itu, bagaimana mungkin kau menegor siswamu”, kurang lebih seperti itu bisikan yang sering mampir di telinga saya. Semakin saya berdoa, semakin keras bisikan itu. Semakin keras bisikan itu, semakin gentar hati saya dan kendor tekat saya untuk berbuat sesuatu bagi siswa-siswa saya. Apakah saya sudah sempurna sehingga saya layak untuk menasihati? Apakah saya tidak pernah berurusan dengan dosa pornografi sehingga saya boleh memberikan ceramah di depan siswa-siswa saya? Sekali lagi, saya sadar bahwa saya memang manusia yang berdosa, tetapi justru dalam keberdosaan saya itulah semakin nyata anugerah dan kasih Tuhan.

Tuhan melayakkan saya untuk mengajak siswa-siswa saya berbicara dari hati ke hati. Tuhan memampukan saya untuk mendidik mereka ke jalan yang benar. Tuhan mengijinkan saya untuk menjadi gembala bagi mereka. Kalau tidak saya lakukan sekarang kapan lagi. Saya tidak tahu kapan waktu saya habis di dunia ini. Saya juga tidak tahu, apakah besok-besok masih bisa bertemua dengan mereka. Ya, saya tidak mau membiarkan diri saya terus dihantui dosa masa lalu. Dengan satu tekad yang kuat, saya pun mau berubah, mau bertumbuh dari hari ke hari semakin serupa dengan Kristus. Ya, profesi guru memang bukan hanya mengisi otak mereka dengan ilmu. Lebih dari pada itu, guru adalah penuntun agar anak-anak dapat berjalan dalam terang kasih Tuhan. Saya percaya, ketika kita sebagai manusia mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengaku bahwa kita lemah, maka di situlah kasih karunia Tuhan akan semakin jelas dan memampukan kita melewati hari-hari kita.

Tuhan Yesus, bersyukur untuk hari ini, Jumat, 6 Maret 2015. Saya merasa ada kekuatan yang Tuhan berikan, ada keberanian yang Tuhan limpahkan bagi saya, sehingga apa yang saya rencanakan boleh terjadi hari ini. Hari ini, 13 siswa laki-laki, anak-anak perwalian saya mau duduk manis dan mendengarkan sedikit didikan dari saya. Biarlah Tuhan berkati apa yang sudah saya sampaikan, dan anak-anak itu semakin takut akan Tuhan. Semoga di usia remaja mereka saat ini, mereka mampu melawan godaan dosa pornografi. Karuniakan Roh Kudus-Mu atas hidup mereka, ya Tuhan. Terima kasih Tuhan Yesus.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar