Math is Fun

Math is Fun

Minggu, 24 Maret 2019

Math Can Be Fun (2)

....lanjutan....



BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Pembelajaran Kreatif dan Produktif (PKP)
Dalam proses belajar mengajar, guru dapat menggunakan berbagai pendekatan, model, atau strategi demi tercapainya tujuan pembelajaran. Bagi pelajaran matematika di tingkat SMA yang bermain di ranah abstrak, guru perlu menerapkan suatu model di mana siswa tidak hanya berkutat pada angka dan rumus, tetapi juga dapat menggunakan konsep-konsep tersebut dalam konteks nyata. Salah satu model yang dapat digunakan ialah Pembelajaran Kreatif dan Produktif (PKP). Melalui model ini, siswa akan belajar secara aktif dan berkolaborasi dengan teman sekelasnya dalam memahami suatu konsep, mengeksplorasi, dan mengimplementasikan, serta pada akhirnya siswa menghasilkan suatu produk yang unik dan kreatif. Dengan demikian, pertanyaan siswa mengenai tujuan mempelajari suatu topik dapat terjawab melalui penerapan model pembelajaran PKP ini.

2.1.1  Belajar Aktif dan Kolaboratif
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memahami sesuatu yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Di dalam proses belajar, seseorang akan mengonstruksi pemahamannya tentang sesuatu melalui pengalaman yang dirasakan atau dialami secara langsung (Gredler, 1992, hal.4). Sebagai contoh, ketika siswa mempelajari bahasa asing, maka ia akan memperoleh pengetahuan kosakata dan struktur kalimat dalam bahasa asing tersebut, terampil menggunakannya dalam bentuk lisan dan tulisan, serta mengembangkan sikap disiplin dan tekun dalam mempelajari bahasa yang baru. Dalam menguasai bahasa asing tersebut, siswa akan berlatih terus-menerus dan mungkin mempraktekkan percakapan dengan orang asing secara langsung untuk memperoleh pengalaman nyata menggunakan apa yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, proses belajar itu harus dilihat sebagai suatu aktivitas yang berkelanjutan dan terjadi secara aktif, baik aktif secara mental (thinking process) maupun tindakan (doing). 
Konsep belajar aktif sebenarnya sudah ada sejak zaman Socrates, yaitu sekitar abad 4 SM, di mana proses belajar dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dan murid. Hal ini kemudian banyak dikembangkan oleh para ahli terutama dalam bidang psikologi. Salah satu ahli yang terkenal adalah John Dewey (1859 – 1952) yang terkenal dengan konsep “Learning by Doing”, dan bersama dengan ahli lain seperti Piaget dan Vygotsky mengembangkan teori belajar Konstruktivisme. Teori ini menyatakan bahwa siswa akan belajar paling efektif apabila ia membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalaman sehari-hari dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Guru atau fasilitator hanya membantu atau memberi stimulus agar siswa dapat mencapai pemahaman yang benar. Namun sayangnya, dalam praktek pendidikan masih sering dijumpai guru yang hanya sekadar “menyuapi” murid dengan konsep-konsep saja. Siswa hanya berperan sebagai penerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini tentu kurang mendorong siswa menjadi pembelajar yang mandiri (independent learner) yang dapat berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian, setiap guru harus mengubah pola pikir mengenai pembelajaran yaitu menyajikan model pembelajaran di mana siswa berperan aktif dan bekerja sama atau berkolaborasi dalam memahami dan menguasai topik-topik yang dipelajari, agar siswa dapat mengembangkan berbagai kompetensi dirinya, baik pada ranah pengetahuan, keterampilan, maupun sikap terhadap diri sendiri dan lingkungan sosial.

2.1.2  Tahapan Dalam PKP
Menurut Wena (2012, hal.138), terdapat lima tahapan dalam pembelajaran kreatif dan produktif. Kelima tahapan tersebut adalah orientasi, eksplorasi, implementasi, re-kreasi, dan evaluasi.
a.       Orientasi. Tahap ini merupakan tahap awal di setiap pembelajaran pada umumnya. Guru menyampaikan garis besar dari apa yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, kompetensi yang diharapkan, bentuk kegiatan pembelajaran, serta bentuk penugasan.  
b.      Eksplorasi. Pada tahap ini, guru membimbing siswa dalam mengeksplorasi konsep-konsep pada topik yang akan dibahas. Siswa melakukannya dengan membaca buku, diskusi kelompok, dan latihan terbimbing.
c.       Implementasi. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap eksporasi, di mana siswa menganalisis, diskusi, dan tanya-jawab hasil eksplorasi materi. Hasil interpretasi dapat disajikan dalam berbagai bentuk dan dipresentasikan di depan kelas.
d.      Re-kreasi. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menghasilkan sesuatu yang merupakan cerminan dari pemahaman mereka terhadap konsep yang telah dipelajari. Hasil karya ini kemudian ditampilkan di depan kelas dan diberikan umpan balik.
e.       Evaluasi. Tahap ini dilakukan di sepanjang proses pembelajaran pada semua tahapan. Puncaknya ialah di akhir bab dilakukan evaluasi hasil belajar.
Kelimat tahapan tersebut merupakan panduan umum dalam pembelajaran kreatif dan produktif. Namun, panduan tersebut tidaklah kaku dan oleh karena itu guru dituntut untuk kreatif dalam memodifikasi atau memilih metode yang tepat untuk setiap tahapannya. Bagaimana guru menyajikan pembelajaran ini tentu perlu disesuaikan dengan bidang studi yang diajarkan, topik, dan juga gaya belajar siswa. Prinsipnya ialah melalui PKP, siswa dapat menghasilkan karya yang kreatif sebagai hasil pemahamannya atas suatu konsep. 

2.2        PKP Dalam Pembelajaran Matematika SMA
2.2.1  Transformasi Geometri
Pelajaran matematika di tingkat SMA terdiri dari lima ranah utama, yaitu aljabar, geometri, trigonometri, statistik dan peluang, serta kalkulus. Melalui setiap ranah ini, siswa memperoleh pengetahuan faktual dan konseptual, melatih dan mengembangkan berbagai keterampilan berpikir mereka, yaitu keterampilan berpikir kritis, logis, analitik, dan kreatif, serta mengembangkan sikap-sikap positif dalam menuntut ilmu, seperti disiplin, tekun, rajin, ulet, tanggung jawab, berkolaborasi, dan lain-lain.
Salah satu materi yang harus dikuasai siswa ialah transformasi geometri. Pada bab ini siswa akan belajar empat jenis transformasi geometri, yaitu yaitu translasi (pergeseran), dilatasi (perubahan skala), refleksi (pencerminan), dan rotasi (perputaran). Materi ini sangat erat kaitannya dengan desain grafis atau tata ruang. Siswa di era modern saat ini pasti sudah sangat akrab dengan istilah, zoom in, zoom out, rotate, flip. Istilah-istilah ini banyak ditemukan dalam aplikasi desain atau editing. Melalui keempat jenis transformasi, siswa dapat menentukan bayangan dari suatu bidang. Oleh karena itu tujuan instruksional dari materi ini ialah siswa dapat menguasai keempat jenis transformasi serta mampu menentukan dan menggambar bayangan bidang tersebut melalui operasi aljabar atau secara analitik. Di samping tujuan instruksional, materi ini juga memiliki tujuan pengiring. Tujuan pengiringnya ialah, siswa melatih pemikiran kritis dan logis dalam menggunakan rumus, meningkatkan kreativitas dalam menyajikan hasil perhitungan, dan bekerja sama atau kolaborasi dalam menghasilkan suatu karya yang berhubungan dengan transformasi geometri.
Materi transformasi geometri jika dipelajari secara analitik menuntut siswa untuk dapat mengingat rumus yang tepat untuk setiap jenis transformasi. Mengingat rumus tentu bukan hal yang mudah bagi sebagian siswa. Oleh karena itu, guru perlu menyajikan pelajaran yang tidak terlalu berfokus pada rumus, melainkan lebih berfokus pada konsep. Atau, guru dapat membantu siswa mengingat rumus dan konsep dengan cara membuat semacam kata kunci. Diharapkan dengan cara seperti ini, siswa tidak mengalami depresi dalam belajar, melainkan dapat menguasai konsep dengan cara yang unik dan kreatif.

2.2.2  Penerapan PKP Dalam Materi Transformasi Geometri
Berikut adalah contoh pembelajaran kreatif dan produktif pada bidang studi matematika di tingkat SMA pada topik Transformasi Geometri. Materi ini sudah pernah dipelajari ditingkat SMP di mana penekanannya adalah perubahan suatu unsur geometri secara visual. Hal ini mengingat tingkat kognitif siswa SMP masih berada pada tahap peralihan dari operasional konkret ke operasional formal (abstrak). Namun, pada tingkat SMA penekanannya ialah pada operasi transformasi secara analitik, yaitu dengan menggunakan rumus (operasional formal) dan mereduksi unsur visual (operasional konkret).
Pada awal materi, guru dapat membantu siswa mengingat kembali materi-materi tersebut yang sudah pernah dipelajari di SMP. Ini adalah proses “mengambil kembali” (retrieval) hal-hal yang tersimpan dalam long-term memory siswa. Bagi siswa yang sudah sama sekali melupakan materi tersebut, guru dapat menggunakan teknik analogi, misalnya menganalogikan konsep rekfleksi dengan sifat cermin, atau menganalogikan konsep rotasi dengan perputaran jarum jam. Selanjutnya guru dapat menggunakan teknik advance organizer agar siswa dapat melihat hubungan dari pengetahuan awal mereka tentang konsep transformasi geometri dengan konsep lanjutan yang akan mereka pelajari, yaitu penggunaan rumus untuk menentukan bayangan suatu bangun akibat transformasi.
Konsep dan rumus yang perlu diingat dalam bab ini cukup banyak. Oleh karena itu, siswa dapat diatur ke dalam kelompok belajar dan melakukan teknik jigsaw untuk memahami konsep-konsep tersebut. Dengan metode ini, siswa belajar secara kolaboratif dan bekerja sama demi mencapai kesepahaman bersama akan suatu materi. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap kelompok masing-masing. Setelah semua siswa di dalam kelompok mencapai kesepahaman bersama, mereka kemudian diminta untuk menyimpulkan konsep-konsep tersebut. Siswa diminta untuk menyajikannya dalam bentuk peta konsep. Setelah itu, siswa dapat berlatih mengerjakan soal-soal latihan. Melalui latihan soal, mereka belajar untuk menerapkan rumus dan konsep yang telah dipelajari ke dalam masalah yang diberikan. Dari segenap aktivitas pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, maka siswa dituntut untuk menjadi pembelajar yang aktif membangun pengetahuannya, melatih diri dalam mengerjakan soal-soal latihan, dan bukan berperan sebagai penerima yang pasif.
Pada bab ini, siswa juga mengembangkan kreativitas mereka. Telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa pada tingkat SMA, materi ini lebih menekankan pada unsur analitik dibanding unsur visual. Namun, hal ini bukan berarti sama sekali menghilangkan unsur visual. Justru di tingkat SMA, siswa akan dituntut mampu menyajikan konsep transformasi geometri dalam bentuk apapun. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa atau kreativitas, mereka diminta untuk menyajikan konsep transformasi geometri dalam dua bentuk, mendesain logo dan membuat lagu. Melalui kegiatan mendesain logo, siswa diminta untuk memadukan keempat jenis transformasi ke logo dari suatu produk. Mereka dapat menggunakan alat bantu berupa software corel atau photoshop. Logo yang didesain tentu harus memiliki makna dan nantinya dipresentasikan di depan kelas. Selain kegiatan mendesain logo, siswa juga dapat diminta untuk membuat suatu lagu yang berisi semua konsep transformasi geometri. Alasan memilih metode ini ialah karena siswa masa kini sangat senang belajar dengan adanya lagu atau musik. Mereka dapat menggunakan irama lagu yang sudah ada dan tinggal mengganti liriknya, atau dapat pula mengarang irama baru yang orisinil. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan dapat menyajikan materi yang mereka pelajari dengan cara yang unik dan kreatif hingga nantinya lebih mudah diingat. Tabel berikut merupakan kesimpulan dari tahapan pembelajaran kreatif dan produktif yang dilakukan pada pembelajaran matematika SMA kelas 12 topik transformasi geometri.

Tahapan
Aktivitas
Orientasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, aktivitas yang akan dilakukan, serta bentuk penugasan/ proyek kelompok.
Guru menyajikan gambaran umum bab Transformasi Geometri (TG), siswa diminta untuk mengingat kembali konsep-konsep TG yang pernah dipelajari di SMP. Siswa dimintai pendapatnya mengenai penggunaan TG dalam dunia nyata. Guru memberikan satu contoh penggunaan konsep TG, yaitu dalam bidang desain grafis.
Eksplorasi
Siswa dipandu guru memahami empat topik dalam TG, yaitu translasi, dilatasi, refleksi, dan rotasi.
Siswa menggunakan berbagai macam metode, seperti jigsaw, mind map, drilling, untuk menguasai konsep-konsep tersebut. Guru hanya memberikan sedikit petunjuk, kemudian siswa mengeksplorasi konsep dengan cara menggambar sebuah bangun yang mengalami transformasi. Misal:
Translasi = Pergesaran à bentuk dan ukuran tetap.
Dilatasi = Perubahan skala à ukuran berubah tergantung skala.
dan seterusnya.
Interpretasi
Siswa mengerjakan latihan soal, menerapkan rumus yang diberikan dalam perhitungan dan menyajikan hasilnya dalam bentuk hitungan (analitik) dan gambar (visual).
Re-kreasi
Siswa menyajikan konsep-konsep yang mereka pelajari melalui dua hal. Pertama, siswa membuat lagu yang liriknya berisikan konsep dalam TG. Hal ini membantu mereka dalam mengingat konsep-konsep dalam materi ini. Kedua, siswa membuat desain sebuah logo dari suatu produk dengan menerapkan keempat konsep utama dalam TG. Kemudian, pada akhir bab siswa menampilkan hasil karya mereka di depan kelas.
Evaluasi
Pada setiap tahapan, guru bersama siswa mengevalasi tujuan pembelajaran dengan berbagai cara. Pada tahap orientasi, guru meyakinkan bahwa siswa memiliki gambaran umum mengenai materi yang akan dipelajari dan memahami tujuan materi ini dipelajari. Pada tahap eksplorasi, guru mengevaluasi hasil eksplorasi siswa baik secara individu maupun dalam kelompok. Guru harus memastikan siswa membangun pemahaman konsep yang benar. Pada tahap implementasi, guru mengevaluasi secara bertahap (formatif) hasil latihan soal siswa. Pada tahap re-kreasi, guru memberikan umpan balik terhadap hasil karya siswa. Siswa juga dapat menilai hasil karya rekannya dan memberikan saran atau kritik yang membangun.
Pada tahap akhir, guru mengevaluasi keseluruhan pemahaman siswa melalui paper test.


....bersambung....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar