BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pembelajaran
Kreatif dan Produktif (PKP)
Dalam proses belajar mengajar, guru dapat menggunakan
berbagai pendekatan, model, atau strategi demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Bagi pelajaran matematika di tingkat SMA yang bermain di ranah abstrak, guru
perlu menerapkan suatu model di mana siswa tidak hanya berkutat pada angka dan
rumus, tetapi juga dapat menggunakan konsep-konsep tersebut dalam konteks
nyata. Salah satu model yang dapat digunakan ialah Pembelajaran Kreatif dan
Produktif (PKP). Melalui model ini, siswa akan belajar secara aktif dan berkolaborasi
dengan teman sekelasnya dalam memahami suatu konsep, mengeksplorasi, dan
mengimplementasikan, serta pada akhirnya siswa menghasilkan suatu produk yang
unik dan kreatif. Dengan demikian, pertanyaan siswa mengenai tujuan mempelajari
suatu topik dapat terjawab melalui penerapan model pembelajaran PKP ini.
2.1.1 Belajar Aktif dan Kolaboratif
Belajar
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memahami sesuatu yang
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Di dalam proses belajar, seseorang akan mengonstruksi pemahamannya
tentang sesuatu melalui pengalaman yang dirasakan atau dialami secara langsung
(Gredler, 1992, hal.4). Sebagai contoh, ketika siswa mempelajari bahasa asing,
maka ia akan memperoleh pengetahuan kosakata dan struktur kalimat dalam bahasa
asing tersebut, terampil menggunakannya dalam bentuk lisan dan tulisan, serta
mengembangkan sikap disiplin dan tekun dalam mempelajari bahasa yang baru.
Dalam menguasai bahasa asing tersebut, siswa akan berlatih terus-menerus dan
mungkin mempraktekkan percakapan dengan orang asing secara langsung untuk
memperoleh pengalaman nyata menggunakan apa yang telah dipelajarinya. Dengan
demikian, proses belajar itu harus dilihat sebagai suatu aktivitas yang berkelanjutan
dan terjadi secara aktif, baik aktif secara mental (thinking process) maupun tindakan (doing).
Konsep belajar aktif sebenarnya sudah ada sejak zaman
Socrates, yaitu sekitar abad 4 SM, di mana proses belajar dilakukan dalam
bentuk dialog antara guru dan murid. Hal ini kemudian banyak dikembangkan oleh
para ahli terutama dalam bidang psikologi. Salah satu ahli yang terkenal adalah
John Dewey (1859 – 1952) yang terkenal dengan konsep “Learning by Doing”, dan bersama dengan ahli lain seperti Piaget dan
Vygotsky mengembangkan teori belajar Konstruktivisme. Teori ini menyatakan
bahwa siswa akan belajar paling efektif apabila ia membangun sendiri
pengetahuannya melalui pengalaman sehari-hari dan interaksi dengan lingkungan
sekitarnya. Guru atau fasilitator hanya membantu atau memberi stimulus agar
siswa dapat mencapai pemahaman yang benar. Namun sayangnya, dalam praktek
pendidikan masih sering dijumpai guru yang hanya sekadar “menyuapi” murid
dengan konsep-konsep saja. Siswa hanya berperan sebagai penerima apa yang
diberikan oleh guru. Hal ini tentu kurang mendorong siswa menjadi pembelajar
yang mandiri (independent learner)
yang dapat berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Dengan
demikian, setiap guru harus mengubah pola pikir mengenai pembelajaran yaitu
menyajikan model pembelajaran di mana siswa berperan aktif dan bekerja sama
atau berkolaborasi dalam memahami dan menguasai topik-topik yang dipelajari,
agar siswa dapat mengembangkan berbagai kompetensi dirinya, baik pada ranah pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap terhadap diri sendiri dan lingkungan sosial.
2.1.2 Tahapan Dalam PKP
Menurut Wena (2012, hal.138), terdapat lima tahapan
dalam pembelajaran kreatif dan produktif. Kelima tahapan tersebut adalah
orientasi, eksplorasi, implementasi, re-kreasi, dan evaluasi.
a.
Orientasi. Tahap
ini merupakan tahap awal di setiap pembelajaran pada umumnya. Guru menyampaikan
garis besar dari apa yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, kompetensi yang
diharapkan, bentuk kegiatan pembelajaran, serta bentuk penugasan.
b.
Eksplorasi. Pada
tahap ini, guru membimbing siswa dalam mengeksplorasi konsep-konsep pada topik
yang akan dibahas. Siswa melakukannya dengan membaca buku, diskusi kelompok,
dan latihan terbimbing.
c.
Implementasi. Tahap
ini merupakan kelanjutan dari tahap eksporasi, di mana siswa menganalisis,
diskusi, dan tanya-jawab hasil eksplorasi materi. Hasil interpretasi dapat
disajikan dalam berbagai bentuk dan dipresentasikan di depan kelas.
d.
Re-kreasi. Pada
tahap ini, siswa diminta untuk menghasilkan sesuatu yang merupakan cerminan
dari pemahaman mereka terhadap konsep yang telah dipelajari. Hasil karya ini
kemudian ditampilkan di depan kelas dan diberikan umpan balik.
e.
Evaluasi. Tahap
ini dilakukan di sepanjang proses pembelajaran pada semua tahapan. Puncaknya
ialah di akhir bab dilakukan evaluasi hasil belajar.
Kelimat tahapan tersebut merupakan panduan umum dalam
pembelajaran kreatif dan produktif. Namun, panduan tersebut tidaklah kaku dan
oleh karena itu guru dituntut untuk kreatif dalam memodifikasi atau memilih
metode yang tepat untuk setiap tahapannya. Bagaimana guru menyajikan
pembelajaran ini tentu perlu disesuaikan dengan bidang studi yang diajarkan,
topik, dan juga gaya belajar siswa. Prinsipnya ialah melalui PKP, siswa dapat
menghasilkan karya yang kreatif sebagai hasil pemahamannya atas suatu konsep.
2.2
PKP Dalam
Pembelajaran Matematika SMA
2.2.1 Transformasi Geometri
Pelajaran matematika di tingkat SMA terdiri dari lima
ranah utama, yaitu aljabar, geometri, trigonometri, statistik dan peluang,
serta kalkulus. Melalui setiap ranah ini, siswa memperoleh pengetahuan faktual
dan konseptual, melatih dan mengembangkan berbagai keterampilan berpikir
mereka, yaitu keterampilan berpikir kritis, logis, analitik, dan kreatif, serta
mengembangkan sikap-sikap positif dalam menuntut ilmu, seperti disiplin, tekun,
rajin, ulet, tanggung jawab, berkolaborasi, dan lain-lain.
Salah satu materi yang harus dikuasai siswa ialah
transformasi geometri. Pada bab ini siswa akan belajar empat jenis transformasi
geometri, yaitu yaitu translasi (pergeseran), dilatasi (perubahan skala),
refleksi (pencerminan), dan rotasi (perputaran). Materi ini sangat erat
kaitannya dengan desain grafis atau tata ruang. Siswa di era modern saat ini
pasti sudah sangat akrab dengan istilah, zoom
in, zoom out, rotate, flip. Istilah-istilah ini banyak ditemukan dalam aplikasi desain
atau editing. Melalui keempat jenis
transformasi, siswa dapat menentukan bayangan dari suatu bidang. Oleh karena
itu tujuan instruksional dari materi ini ialah siswa dapat menguasai keempat
jenis transformasi serta mampu menentukan dan menggambar bayangan bidang
tersebut melalui operasi aljabar atau secara analitik. Di samping tujuan
instruksional, materi ini juga memiliki tujuan pengiring. Tujuan pengiringnya
ialah, siswa melatih pemikiran kritis dan logis dalam menggunakan rumus,
meningkatkan kreativitas dalam menyajikan hasil perhitungan, dan bekerja sama
atau kolaborasi dalam menghasilkan suatu karya yang berhubungan dengan
transformasi geometri.
Materi transformasi geometri jika dipelajari secara
analitik menuntut siswa untuk dapat mengingat rumus yang tepat untuk setiap
jenis transformasi. Mengingat rumus tentu bukan hal yang mudah bagi sebagian
siswa. Oleh karena itu, guru perlu menyajikan pelajaran yang tidak terlalu
berfokus pada rumus, melainkan lebih berfokus pada konsep. Atau, guru dapat
membantu siswa mengingat rumus dan konsep dengan cara membuat semacam kata
kunci. Diharapkan dengan cara seperti ini, siswa tidak mengalami depresi dalam
belajar, melainkan dapat menguasai konsep dengan cara yang unik dan kreatif.
2.2.2 Penerapan PKP Dalam Materi Transformasi Geometri
Berikut adalah contoh pembelajaran kreatif dan
produktif pada bidang studi matematika di tingkat SMA pada topik Transformasi Geometri.
Materi ini sudah pernah dipelajari ditingkat SMP di mana penekanannya adalah
perubahan suatu unsur geometri secara visual. Hal ini mengingat tingkat
kognitif siswa SMP masih berada pada tahap peralihan dari operasional konkret
ke operasional formal (abstrak). Namun, pada tingkat SMA penekanannya ialah
pada operasi transformasi secara analitik, yaitu dengan menggunakan rumus
(operasional formal) dan mereduksi unsur visual (operasional konkret).
Pada awal materi, guru dapat membantu siswa mengingat
kembali materi-materi tersebut yang sudah pernah dipelajari di SMP. Ini adalah
proses “mengambil kembali” (retrieval)
hal-hal yang tersimpan dalam long-term
memory siswa. Bagi siswa yang sudah sama sekali melupakan materi tersebut,
guru dapat menggunakan teknik analogi,
misalnya menganalogikan konsep rekfleksi dengan sifat cermin, atau
menganalogikan konsep rotasi dengan perputaran jarum jam. Selanjutnya guru
dapat menggunakan teknik advance
organizer agar siswa dapat melihat hubungan dari pengetahuan awal mereka
tentang konsep transformasi geometri dengan konsep lanjutan yang akan mereka
pelajari, yaitu penggunaan rumus untuk menentukan bayangan suatu bangun akibat
transformasi.
Konsep dan rumus yang perlu diingat dalam bab ini
cukup banyak. Oleh karena itu, siswa dapat diatur ke dalam kelompok belajar dan
melakukan teknik jigsaw untuk
memahami konsep-konsep tersebut. Dengan metode ini, siswa belajar secara
kolaboratif dan bekerja sama demi mencapai kesepahaman bersama akan suatu
materi. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap kelompok
masing-masing. Setelah semua siswa di dalam kelompok mencapai kesepahaman
bersama, mereka kemudian diminta untuk menyimpulkan konsep-konsep tersebut. Siswa
diminta untuk menyajikannya dalam bentuk peta konsep. Setelah itu, siswa dapat
berlatih mengerjakan soal-soal latihan. Melalui latihan soal, mereka belajar
untuk menerapkan rumus dan konsep yang telah dipelajari ke dalam masalah yang
diberikan. Dari segenap aktivitas pembelajaran yang telah dipaparkan di atas,
maka siswa dituntut untuk menjadi pembelajar yang aktif membangun
pengetahuannya, melatih diri dalam mengerjakan soal-soal latihan, dan bukan
berperan sebagai penerima yang pasif.
Pada bab ini, siswa juga mengembangkan kreativitas
mereka. Telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa pada tingkat SMA, materi
ini lebih menekankan pada unsur analitik dibanding unsur visual. Namun, hal ini
bukan berarti sama sekali menghilangkan unsur visual. Justru di tingkat SMA,
siswa akan dituntut mampu menyajikan konsep transformasi geometri dalam bentuk
apapun. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa atau
kreativitas, mereka diminta untuk menyajikan konsep transformasi geometri dalam
dua bentuk, mendesain logo dan membuat lagu. Melalui kegiatan mendesain logo,
siswa diminta untuk memadukan keempat jenis transformasi ke logo dari suatu
produk. Mereka dapat menggunakan alat bantu berupa software corel atau photoshop. Logo yang didesain tentu
harus memiliki makna dan nantinya dipresentasikan di depan kelas. Selain
kegiatan mendesain logo, siswa juga dapat diminta untuk membuat suatu lagu yang
berisi semua konsep transformasi geometri. Alasan memilih metode ini ialah karena
siswa masa kini sangat senang belajar dengan adanya lagu atau musik. Mereka
dapat menggunakan irama lagu yang sudah ada dan tinggal mengganti liriknya,
atau dapat pula mengarang irama baru yang orisinil. Melalui kegiatan ini, siswa
diharapkan dapat menyajikan materi yang mereka pelajari dengan cara yang unik
dan kreatif hingga nantinya lebih mudah diingat. Tabel berikut merupakan
kesimpulan dari tahapan pembelajaran kreatif dan produktif yang dilakukan pada
pembelajaran matematika SMA kelas 12 topik transformasi geometri.
Tahapan
|
Aktivitas
|
Orientasi
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, aktivitas yang akan dilakukan, serta bentuk
penugasan/ proyek kelompok.
Guru menyajikan
gambaran umum bab Transformasi Geometri (TG), siswa diminta untuk mengingat
kembali konsep-konsep TG yang pernah dipelajari di SMP. Siswa dimintai
pendapatnya mengenai penggunaan TG dalam dunia nyata. Guru memberikan satu
contoh penggunaan konsep TG, yaitu dalam bidang desain grafis.
|
Eksplorasi
|
Siswa dipandu
guru memahami empat topik dalam TG, yaitu translasi, dilatasi, refleksi, dan
rotasi.
Siswa
menggunakan berbagai macam metode, seperti jigsaw, mind map, drilling, untuk menguasai
konsep-konsep tersebut. Guru hanya memberikan sedikit petunjuk, kemudian
siswa mengeksplorasi konsep dengan cara menggambar sebuah bangun yang
mengalami transformasi. Misal:
Translasi =
Pergesaran à bentuk dan ukuran tetap.
Dilatasi =
Perubahan skala à ukuran berubah tergantung skala.
dan seterusnya.
|
Interpretasi
|
Siswa
mengerjakan latihan soal, menerapkan rumus yang diberikan dalam perhitungan
dan menyajikan hasilnya dalam bentuk hitungan (analitik) dan gambar (visual).
|
Re-kreasi
|
Siswa menyajikan
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui dua hal. Pertama, siswa membuat
lagu yang liriknya berisikan konsep dalam TG. Hal ini membantu mereka dalam
mengingat konsep-konsep dalam materi ini. Kedua, siswa membuat desain sebuah
logo dari suatu produk dengan menerapkan keempat konsep utama dalam TG. Kemudian,
pada akhir bab siswa menampilkan hasil karya mereka di depan kelas.
|
Evaluasi
|
Pada setiap
tahapan, guru bersama siswa mengevalasi tujuan pembelajaran dengan berbagai
cara. Pada tahap orientasi, guru meyakinkan bahwa siswa memiliki gambaran
umum mengenai materi yang akan dipelajari dan memahami tujuan materi ini
dipelajari. Pada tahap eksplorasi, guru mengevaluasi hasil eksplorasi siswa
baik secara individu maupun dalam kelompok. Guru harus memastikan siswa
membangun pemahaman konsep yang benar. Pada tahap implementasi, guru
mengevaluasi secara bertahap (formatif)
hasil latihan soal siswa. Pada tahap re-kreasi, guru memberikan umpan balik
terhadap hasil karya siswa. Siswa juga dapat menilai hasil karya rekannya dan
memberikan saran atau kritik yang membangun.
Pada tahap
akhir, guru mengevaluasi keseluruhan pemahaman siswa melalui paper test.
|
....bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar