Math is Fun

Math is Fun

Minggu, 22 September 2013

For the field(s) are ready to harvest

In this past few days, my mind was filled with this two songs : "Why have You chosen me" and "Make me a blessing". The third verse of the song "Why have you chosen me" really chills me. Here it is :


In this world of darkness many lives are filled with emptiness,
They too need to know of Your love.
O Lord help me point to them the truth, the life, the way,
and bless each life I meet day to day,

And also the second verse of the song "Make a blessing" 

Tell the sweet story of Christ and His love,
Tell of His pow'r to forgive;
Others will trust Him if only you prove
True, every moment you live

It was started about a week ago. It was just a usual day, a student of mine asked me to give him an addition lesson/ after school. This kid is really weak in Math, but thank God he realize it and ask me to give him extra class. So, I gave him happily. 

That afternoon, Tuesday 10th September, just one day before he and all his fellows in 10th grade will have a retreat, we have a little conversation. From that moment, a very little and unplanned conversation, until now, my heart is filled with a bunch of prays for him.

He came from a non-Christian family. But somehow, I don't understand how God works through everything that he has passed in his life. He told me that he is not a Christian, YET. But he want to be. He said, "I want to be a Catholic, my mom was okay with that." Oh my God, maybe this is what the bible tells us "behold, I say unto you, Lift up your eyes, and look on the fields; for they are white already to harvest" (John 4 : 35). 

Up till now, I still don't have idea what to do. Do I have to talk about Christ to him continuously? Should I ask him to join with me to go to the church on Sunday? Or maybe I can give some of my book, Christian book? Maybe it could lead him to understand what is Christianity. The only thing I can do, for sure, is pray for him. In this past two weeks, I can't remember how many times I pray for him, maybe 3 or 4, or more. I don't know if this one is a crazy idea or what : should I become his spiritual father brother? Even at this moment, my heart is beating faster. I can't imagine if this kiddo have not ever meet Jesus Christ in his entire life? What kind of life he will live? 

Through this reflection, I pray to God that He will grant me wisdom, strength, and a brave-heart to tell to this kids about the Love of Jesus Christ or maybe my spiritual life, how I live in God, how I struggle with my sins, and how Lord Jesus save my life, catch me, and help me to live day by day. My life is an open book, that others will read it, and I hope what they read is all about the love of Christ. 

Help me, O God to be your channel of blessing for this kid. May he see Jesus in me, be a believer, and confess that You are the only living God.

Jumat, 23 Agustus 2013

All I want to do is ....

Suddenly, I remember that I have a blog, a place where I share so much about my life's struggle. Right now, in this creepy room, I mean "kamar kost" *sigh.

Tiba-tiba terbayang murid-murid saya, anak-anak SMP & SMA yang memiliki banyak talenta. They must be grateful. Begitu banyak pelajaran, khususnya ekstrakurikuler yang memfasilitasi mereka untuk mengembangkan minat dan bakat/ talenta mereka. If I were them, I'll take all of those extracurricular ;p

-Flashback ke beberapa tahun yang lalu-
Saya ingat betul, ketika masih SD (kira-kira kelas 4) saya diminta oleh guru saya untuk membawakan kesaksian pujian di gerejanya. Saya bukanlah anak yang berani tampil dan penuh percaya diri. Tapi entah kenapa saya bisa bernyanyi dengan baik waktu itu. Kemudian, pernah juga pada perayaan 17 Agustus, juga ketika saya kelas 4SD, ada pertandingan kecil-kecilan yang diadakan di sekolah. Salah satunya adalah lomba solo antarkelas. Setiap kelas mengutus 3 wakilnya. Perlombaanya antarkelas dalam tingkat yang sama dan pada waktu itu di tingkat 4SD ada 2 kelas, yaitu 4A dan 4B. Jadi total pesertanya ada 6. Wali kelas saya memilih 3 orang dari kelas saya, 4A, untuk bertanding, dan saya terpilih. Saya pun menyanyi tanpa beban di depan seluruh warga sekolah. Saya sendiri merasa penampilan saya biasa-biasa saja. Tetapi hasilnya saya keluar sebagai juara ke-2. Ini mungkin prestasi terbaik saya dalam bidang solo-carrier *puke* dan satu-satunya *ting..ting...

Sejak saat itu saya mulai menyadari bahwa salah satu talenta saya adalah menyanyi. Kemudian saya juga mulai aktif ikut paduan suara sekolah minggu, menyanyi di acara-acara keluarga, seperti pesta pernikahan, ibadah kedukaan, kebaktian-kebaktian, dan perayaan natal. Saya juga ingat benar ketika saya tergabung dalam tim paduan suara SD Imanuel Palu yang pada waktu itu mengikuti acara Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi). Ada bagian lagu di mana dari masing-masing suara (sopran, alto, mezo sopran) dipilih satu orang dan menyanyikan beberapa baris secara bersama-sama, dan guru sekaligus pelatih kami memilih saya dari suara sopran untuk mengambil bagian trio itu. Bagi saya pada waktu itu, "this is a big thing".

Masuk di bangku SMP, saya off dari dunia tarik suara. Suara saya rasanya sudah tidak sebagus dulu. Mungkin karena adanya masa peralihan dari suara sopran menuju ke tenor/bass (baca : puberitas). My angelic voice hilang sudah. Tapi seharusnya yang namanya bakat pasti tidak akan hilang. Itu akan tetap ada dan harus terus digali. Lebih jauh lagi ketika di SMA, persaingan mendapatkan tempat di kelompok Paduan Suara sangat ketat. Tahun pertama saya berlalu hanya sebagai mediocre student. Barulah di tahun kedua saya mulai aktif lagi sampai saya lulus SMA. Dan, pada waktu kuliah kembali meredup. Tapi saya bersyukur masih ada wadah bagi saya untuk berlatih vocal ketika saya kuliah. Saya terlibat aktif dalam pelayanan singer di Sunday Service. And it helped me so much *thanks to Ci Melisa :)

Okay, sudah cukup basa-basinya. My point here is, saya merasa begitu besarnya potensi yang saya punya itu namun begitu besar pula penyesalan yang menohok dalam benak saya karena sepanjang perjalanan hidup saya hingga saat ini saya tidak benar-benar menggali potensi itu. Jika saya serius, mungkin saat ini saya sudah punya album (*hiperbola). Ya, menyesal dan menyesal. Sekarang, saat ini ketika saya bernyanyi bahkan secara narsis merekam suara saya dan mendengarnya berulang-ulang, yang ada dalam benak saya adalah "suara yang aneh, unik, jelek, tapi suka aja didengar".

Ya, seriously, saya ingin bernyanyi. Menjadi penyanyi. Tidak harus terkenal, tidak harus menjadi artis, tidak harus punya album, tidak perlu ikut kontes idol-idolan. Tetapi yang pasti saya ingin ada kesempatan itu, di mana saya menampilkan bakat saya, mengeksplor apa yang saya punya. Namun sayangnya, ada kalanya ketika kesempatan itu datang, rasa minder itu berkuasa dalam benak saya.

Ya, once again. All I want to do is singing my favorite songs, favorite genre. Suatu saat nanti mungkinkah saya berada di atas sebuah panggung dan bernyanyi dengan indahnya, ditonton ber-ratus bahkan mungkin beribu pasang mata?

Senin, 17 Juni 2013

Refleksi Akhir Tahun Ajaran

Akhirnya, satu tahun sudah saya menyandang status sebagai seorang guru.
Benar kata orang, "time flies so fast".
Sedih rasanya ketika saya harus "berpisah" dengan anak-anak itu.
Tapi, ada perasaan haru juga ketika melihat mereka bisa naik satu tingkat lebih tinggi.
Satu tahun yang melelahkan.
Segala macam rutinitas yang sepertinya menjadi beban keseharian.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan.
Apa yang sudah saya kerjakan selama setahun ini?
Adakah jiwa yang sudah saya bawa semakin dekat kepada Kristus?
Ooo, mungkin saya terlalu mengada-ada.
Kalau ada cermin yang bisa menembus hati dan pikiran, saya mau cermin itu.
Feel so terrible, ketika saya menyadari saya belum bisa menjadi teladan hidup bagi mereka.
Pergumulanku melawan dosa dan kedagingan yang menjadi favoritku terasa sangat berat.
Sekali lagi saya merasa, saya orang paling munafik yang pernah hidup di dunia.

Adakah saya mengasihi anak-anak itu dengan tulus?
Atau jangan-jangan karena saya ingin mendapat kasih juga dari mereka?
Adakah saya peduli kepada mereka dengan sungguh-sungguh?
Atau mungkin agar saya disenangi?
Agar saya menjadi guru favorit mereka?
Agar saya mereka kenang sepangjang hidup mereka?
Ketika saya harus menyelidiki motivasi hati saya, hal-hal itulah yang saya temui.
Ya Tuhan, betapa bobroknya saya.
Inilah kegagalan terbesar dalam hidup seorang manusia.
Ketika dia menginginkan kemuliaan yang seharusnya hanya ditujukan kepada Yang Maha Kasih.

Banyak hal yang bisa saya refleksikan di sepangjang tahun ajaran ini.
Tapi, apalah artinya refleksi diri tanpa adanya rencana untuk perbaikan.
Apa pula artinya rencana tanpa adanya realisasi.
Apa pula artinya realisasi tanpa adanya penyerahan diri seutuhnya kepada-Nya.
Ya, satu hal yang saya tahu dan harus saya lakukan, meminta belas kasihan.

Biarlah saya melakukan apa yang menjadi bagian saya, dengan sebaik mungkin.
Biarlah orang tidak melihat apa yang saya kerjakan.
Biarlah saya tidak memperoleh hadiah dari manusia.
Satu hal yang saya rindukan, mereka melihat Kristus ada dalam hidup saya.

Lord, have mercy on me.

Minggu, 21 April 2013

Math is fun, question mark

Geez, it almost a year I deal with teaching math, probably one of the most horrible subject ever. *_*

I've learned so many teaching method during my 4-years-college life. But the big question is, have I implemented all those theories and methods in my class? A big NO. Not, so big actually. Direct teaching, a.k.a, the most traditional teaching method, I use it almost every day, combining with drilling.

Ok, let's see another methods or activities that I have applied in my lesson, instead of talk about direct teaching and drilling. But, I will explain it in Bahasa. Why? Fyi, actually my english is suck, bad. >_<


  1. Rate : Menghitung banyaknya denyut nadi per menit. Siswa diminta untuk berpasangan. Siswa akan menghitung banyaknya denyut nadi selama satu menit dengan dua kondisi. Kondisi pertama siswa tidak beraktifitas. Siswa A menghitung denyut nadi siswa B selama 20 detik, kemudian dicatat pada tabel yang ada. Setelah itu siswa A beristirahat selama 1 menit. Setelah 1 menit, siswa A diminta untuk melakukan gerakan lompat di tempat selama 20 detik. Setelah selesai, siswa B langsung melakukan perhitungan denyut nadi, selama 20 detik dan mencatatnya. Kemudian siswa membandingkan hasilnya. Guru bisa mengkreasikan pertanyaan dengan mengubah waktu yang diminta. Misalnya, jika pada perhitungan dihasilkan 30 denyut/ 20 detik, maka dalam 1 menit kira-kira berapa kali denyut yang dihasilkan? dll.
  2. Social Artihmatics : Siswa dibagi dalam kelompok 3-4 siswa/kelompok. Setiap kelompok diberikan sejumlah uang. Mereka akan mencatat harga barang-barang yang diminta dari katalog di koran kemudian menjualnya kembali. Kasus yang diberikan untuk setiap kelompok berbeda, ada yang nantinya rugi dan untung. Besar laba/ ruginya pun berbeda-beda setiap kelompok, berkisar 5-20%. Mereka akan berebut koran untuk menjadi kelompok tercepat dalam melakukan perhitunga jual-beli serta untung/ ruginya.
  3. Skala : Siswa diminta untuk membuat model dari satu lapangan olahraga (voli, basket, badminton, tenis, futsal, atau sepak bola). Mereka harus mencari informasi di internet berapa ukuran lapangan yang mereka pilih berdasarkan standar olimpiade (olympic standard). Kemudian dengan skala yang mereka tentukan, mereka harus menampilkan gambarnya di kertas A4. Tentunya skala yang digunakan harus tepat agar gambar dengan kertas proporsional. Kekreativitasan siswa juga turut dinilai.
  4. Statistika : Siswa dibagi dalam kelompok 3-4 orang. Siswa diminta untuk melakukan pengumpulan data, misalnya ukuran sepatu, berat badan, tinggi badan, pelajaran yang dibenci, dsb. Setelah itu mereka memvisualisasikannya ke dalam grafik atau diagram. Setelah itu mereka juga diminta untuk menentukan mean, median, dan modus dari data yang mereka peroleh.
  5. Relasi dan Fungsi : Siswa diminta untuk membuat poster yang menampilkan relasi dan fungsi. Misalnya relasi antara penyanyi dan judul lagu, atau negara dan ibukota, dll.

Aktivitas Trigonometri di SMA Agape BK3 (My second Practicum)
Ya, satu tahun yang hampir berlalu ini saya merasa masih sangat sedikit kretivitas yang bisa saya bagikan dengan murid-murid saya. Semoga tahun berikutnya saya bisa mengadakan lebih banyak aktivitas lagi yang tentunya akan membuat siswa tidak bosan belajar Matematika. ^__^